Friday, December 21, 2012

Mengenal Ikan Sidat Lebih Dekat

Morfologi
Ikan sidat temasuk ke dalam famili Anguillidae dan dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan banyak nama daerah. Beberapa nama daerah tersebut antara lain ikan uling, masapi, moa, lumbon, larak, lubang, gateng, denong, mengaling, lara, luncah, sigili dan ikan pelus (Jawa). Dalam bahasa Inggris disebut Giant mottled Eel.

Di dunia terdapat 350 jenis ikan sidat, 6 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Namun demikian hanya 2 jenis yang sering dibudidayakan, yaitu sidat kembang (Anguilla marmorata) dan sidat anjing (anguilla bicolor).

Pergerakan ikan sidat sangat tergantung pada liak-liuk tubuhnya yang panjang dan licin. Tubuh ikan sidat diselubungi lendir dan mempunyai sisik-sisik kecil berbentuk panjang, dan tersusun tegak lurus pada poros panjangnya. Susunan sisik ini biasanya membentuk gambar mozaik seperti anyaman bilik. Sirip pada bagian dubur menyatu dan berjari-jari lemah. Sirip dada yang terdiri dari 14 – 18 jari-jari sirip. Warna punggung kecoklatan kehitaman dan warna bagian perut kuning hingga perak.

Ikan sidat mengalami metaformosis dalam daur hidupnya. Pada stadium larva (glass ell), sidat hidup di laut bentuknya seperti daun melebar dan tembus cahaya. Pada stadium elver, ikan sidat banyak ditemukan di daerah muara sungai. Panjang tubuhnya 5-7 cm dan masih tembus cahaya. Para nelayan biasa memanfaatkannya untuk bahan baku pembuatan teri atau terasi.
Gambar 1. Sketsa metamorfose glass eel

Pada saat dewasa kondisi tubuh ikan sidat sudah siap beruaya ke laut untuk melakukun pemijahan. Untuk ikan sidat Eropa, pada stadium ini tubuh ikan sidat sudah mengandung cadangan lemak 25-29%. Cadangan lemak ini bermanfaat sebagai sumber energi selama beruaya, karena selama itu ikan sidat tidak melakukan aktivitas makan.

Habitat
Ikan sidat tumbuh diperairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa setelah itu ikan sidat dewasa akan beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi. Larva hasil pemijahan akan berkembang dan berangsur-angsur terbawa arus kerperairan pantai. Ikan sidat yang mencapai stadia elver akan beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai. Ruaya anadromus larva ikan sidat (elver) berhubungan dengan musim. Diperkirakan ruaya larva ikan sidat mulai pada awal musim hujan akan tetapi pada musim tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat mempengaruhi intensitas ruayanya.
Pada ekosistem aslinya ikan sidat termasuk ke dalam strata hewan karnivora pada rantai makanan. Diperairan umum ikan sidat memakan berbagai hewan khususnya organisme benthik seperti crustaceae (udang dan kepiting), polichaeta (cacing, larva chironomus) dan bivalvia serta gastropoda. Ikan sidat aktif malakukan aktivitas makan pada saat malam hari (nocturnal).
Larva Ikan sidat hidup pada lingkungan yang mempunyai karakteristik fisik sebagai berikut : Suhu, benih ikan sidat lokal, A. marmorata tumbuh baik pada suhu berkisar antara 29 – 31 oC. Salinitas, salinitas yang baik untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 0 – 3 ppt. Oksigen Terlarut (DO), kandungan oksigen terlarut minimal yang dapat ditolelir oleh ikan sidat berkisar antara 3 – 4 ppm. pH , pH optimal untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 7 – 8.

Reproduksi 
Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan sidat di perairan tawar hanya dapat mencapai TKG II (menurut klasifikasi Cassi) atau dengan nilai GSI 1-2 %. Nilai GSI ikan sidat betina ketika akan bereproduksi dapat mencapai 60 % pada panjang tubuh 70-80 cm dan berat tubuh 700 – 1.200 gram. Telur yang dihasilkan mencapai 5 – 10 juta. 
Ikan sidat betina lebih menyukai hidup di perairan tawar sedangkan ikan sidat jantan lebih menyukai untuk hidup di perairan payau. Jenis kelamin ikan sidat dipengaruhi oleh densitas suatu daerah. Pada saat densitas tinggi jenis kelamin sidat mengarah ke kelamin jantan sedangkan jika denisitas rendah jenis kelamin sidat mengarah ke kelamin betina.

Kandungan Gizi 
Daging ikan sidat mempunyai kandungan vitamin A sebanyak 4.700 IU/100g lebih tinggi dari daging ikan sarden, babi dan mentega yang mempunyai kandungan vitamin A di bawah 2.000 IU/100g. Ternyata kandungan vitamin A dari hati ikan sidat sangat tinggi dan bisa mencapai 15.000 IU/100g. Perbandingan vitamin A yang terkandung dalam tubuh ikan sidat dengan babi dan ikansarden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Kandungan Vitamin A 
No Jenis Kandungan Vit. A (IU/100 g)
1 Sidat                                4.700
2 Hati Sidat 15.000
4 Sarden 60
5 Mentega                          1.900

Selain vitamin A ternyata kandungan DHA dan EPA dari daging ikan sidat jauh lebih tinggi dari ikan salmon dan tenggiri. Kandungan DHA dan EPA ikan sidat bisa mencapai 1.337mg/100g untuk kandungan DHA dan 742 mg/100g untuk kandungan EPA. Kandungan tersebut jauh lebih tinggi dari kandungan DHA dan EPA dari ikan salmon yang hanya mencapai 820 mg/100g untuk DHA dan 492 mg/100 g untuk EPA. Perbandingan kandungan DHA dan EPA dari ikan sidat, salmon dan tenggiri dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Kandungan DHA dan EPA (mg/100g)
No Jenis Ikan DHA EPA
1 Sidat 1.337 742
2 Salmon 820 492
3 Tenggiri               748      409

Benih 
Benih ikan sidat yang dibudidayakan di Tambak BLUPPB Karawang terdiri dari dua jenis yaitu : Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor . Kedua jenis ikan sidat ini diharapkan dapat mewakili dua habitat asli ikan sidat yaitu Anguilla marmorata mewakili perairan di daerah Sulawesi dan Anguilla bicolor mewakili perairan di daerah Selatan Jawa. Anguilla marmorata yang dibudidayakan di Tambak BLUPPB Karawang berasal dari daerah Tatelu (Sulawesi Utara) dan Poso (Sulawesi Tengah) sedangkan Anguilla bicolor berasal dari daerah selatan pulau Jawa. 

Secara penampakan fisik Anguilla marmorata dapat dibedakan dengan Anguilla bicolor terutama pada bagian punggung dan perut. Anguilla marmorata mempunyai warna kulit punggung hitam dan bercorak (kembang) dengan bagian perut putih. Sedangkan untuk Anguilla bicolor mempunyai warna kulit punggung hitam dengan bagian perut berwarna putih kekuningan.

Ikan sidat sudah terpisah secara seksual. Perbedaan fisik antara jantan dan betina dapat terlihat setelah ikan sidat sudah mencapai ukuran dewasa dimana pejantan mempunyai mata lebih lebar dari betina pada ukuran panjang, berat dan usia yang sama.