Wednesday, February 29, 2012

Mengetahui Ruaya atau Perpindahan Ikan Sidat

Ikan sidat ketika sudah dewasa dan siap untuk kawin biasanya mereka akan mencari jalan ke laut dalam atau samudera untuk berpijah, perjalanan ikan sidat dari air tawar ke air laut biasa disebut sebagai ruaya ikan sidat, sedangkan arti ruaya secara luas adalah merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan.

Studi mengenai ruaya ikan menurut Cushing(1968) merupakan hal yang fundamental untuk dunia perikanan karena dengan mengetahui lingkaran ruaya ikan akan diketahui daerah dimana stok atau sub populasi itu hidup. Ruaya ini mempunyai arti penyesuaian, peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi dan untuk reproduksi spesies seperti ikan sidat. 

Menurut Chimit (1960) Effendie (1997) tidak semua ikan melakukan ruaya. Ada ikan bukan peruaya yaitu ikan yang tidak pernah meninggalkan habitatnya. Ikan peruaya pada waktu tertentu meninggalkan habitatnya untuk melakukan aktivitas tertentu, sehingga ada beberapa spesies ikan mempunyai daerah ruaya yang berbeda baik secara musiman maupun pada tahapan perkembangan hidup. 

Beberapa istilah yang berkaitan dengan ruaya ikan yaitu :
a) Amfibiotik : ikan yang beruaya dari air laut ke air tawar atau sebaliknya. 
b) Holobiotik : ikan yang tidak melakukan ruaya selama hidupnya tinggal di air tawar atau di air laut saja. Namun ada beberapa menjadi peruaya. 
c) Diadrom : ikan melakukan ruaya untuk berpijah 
d) Amfidrom : ikan beruaya untuk mencari mak anan 
e) Potamodrom : ikan yang hidup dan beruaya di perairan tawar saja termasuk sungai dan danau 
f) Oseanodrom : ikan yang hidup di laut dan beruaya di laut. 
g) Batidrom : ikan yang beruaya di perairan dalam 
h) Brakheadrom : ikan yang beruaya di perairan dangkal 
i) Katadrom : ikan yang beruaya dari air tawar ke laut hanya untuk berpijah 
j) Anadrom : ikan yang beruaya dari laut ke air tawar untuk berpijah 

Macam-macam Ruaya
a. Ruaya Pemijahan 
Pergerakan ruaya ikan ke daerah pemijahan mengandung tujuan penyesuaian dan peyakinan tempat yang paling menguntungkan untuk perkembangan telur dan larva. Sejak telur dibuahi sampai menetas. Terus menjadi larva meruapakan saat yang kritis karena mereka tidak dapat menghindarkan diri dari serangan predator. Jadi ruaya pemijahan mengandung pengaruh yang langsung berhubungan dengan rekruitmen dan mortalitas. Salah satu bagian dari ruaya pemijahan ialah ”reproductive homing” yaitu kembalinya ikan ke daerah asal kelahiran sebelum mengadak an reproduksi. Hal ini sangat menentukan untuk kelangsungan hidup individu atau populasi serta menambah keberhasilan proses perkawinan karena sangat memungkinkan untuk bertemunya pasangan yang sejenis dan proses reproduksi. Ruaya pemijahan ikan katadrom per gerakann yang searah dengan arus pada waktu ia berada dalam sungai tetapi apabila sudah sampai di laut pergerakannya aktif untuk mencapai daerah pemijahan. Contoh ikan yang melakukan ruaya pemijahan yaitu ikan sidat yang terdapat di Eropa atau Amerika Serikat. 

Ikan Sidat Eropa (Anguilla anguilla) pada saat mulai mengadakan ruaya pada Bulan Desember berumur 9 – 12 tahun ikan - ikan sidat yang hidup dalam kolam atau perairan tertutup lainnya ini akan keluar mencari sungai – sungai yang menuju ke laut. Perjalanan di sungai umumnya dilaksanakan pada waktu malam hari karena itu tingkah lakunya belum banyak diketahui. Selama perjalanan sampai ke tempat pemijahan tidak pernah makan dan perubahan yan g terdapat dari perjalanan itu antara lain tubuhn ya menjadi kurus, matanya semakin besar sampai empat kali daripada sebelumnya, hidungnya semakin lancip, warnanya berubah menjadi warna perak dan garis tengah telurnya semakin besar. Ikan sidat ini memijah di Laut Sargasso pada bulan Nopember tahun berikutnya. Pemijahan tersebut terjadi pada kedalaman 400 m dibawah permukaan laut dengan suhu antara 16 – 17o C.

Selain di Eropa, ikan sidat ini juga dijumpai di Jepang, Australia dan Indonesia, tetapi tempat berpijahnya ikan – ikan sidat tersebut masih belum diketahui dengan pasti. Ada dugaan ikan sidat di Indonesia berpijahnya di Samudera Selatan Pulau Jawa berdasarkan adanya larva ikan sidat tersebut di Pantai Selatan Jawa seperti Pelabuhan Ratu dan Cilacap. 
Ikan – ikan dari Famili Galaxide dan Gobiidae yang hidup di Sungai juga katadrom melakukan ruaya pemijahan pergi ke laut yang tidak jauh dari pantai dan dibagian yang dangkal. Kelompok ikan belanak baik yang hidupnya di dalam danau atau yang di daerah pantai juga kalau berpijah pergi ke laut yang tidak jauh dari pantai. Lain halnya dengan golongan ikan sebelah yang biasa hidup di bagian yang dangkal kalau akan berpijah beruaya ke bagian dalam. 

Ruaya pemijahan ikan anadrom, setelah masuk ke dalam sungai harus menentang arus dan ban yak menempuh perjalanan jauh sebelum mencapai daerah pemijahan. Biasanya golongan ini mengadakan pemijahan pada tahun yang sama dengan tahun mulai beruaya. Pada ikan Salmon ada dua macam waktu pemijahan yaitu ikan keturunan musim dingin dan ikan keturunan musim semi. Masing-masing berbeda ketika induknya mendekat ke muara sungai. Ikan yang masuk ke muara sungai pada musim semi gonadnya belum masak benar dan akan memijah pada tahun berikutnya. 

b. Ruaya ke daerah pembesaran dan mencari makanan. 
Ruaya ke daerah pembesaran dan pencarian makanan dilakukan oleh anak ikan atau oleh ikan dewasa secara vertikal atau horizontal. Ruaya ini mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan atau survival ikan itu. Anak ikan atau larva ikan laut dan air tawar melakuk an ruaya denatant (berasal dari pemijahan dan searah arus) secara positif dari daerah pemijahan ke daerah pembesaran atau ke daerah makanan. Misalnya ikan bandeng (Chanos chanos) yang cara memijah dan daerah pemijah annya belum diketahui pasti. Pada musim nener pertama dari Bulan September sampai dengan bulan Desember dengan puncaknya pada bulan Oktober dan Nopember dan pada musim nener kedua yaitu Bulan April dan Mei, nenernya banyak didapatkan di daerah pantai tertentu di utara Pulau Jawa dan Madura (Hora dan Pilay, Larva ikan sidat (Leptocephalus) beruaya denatant secara pasif ke daerah pembesaran di pantai seperti terdapat di Pelabuhan Ratu dan Cilacap. Kalau larva itu sudah metamorfosa akan melakukan ruaya ke sungai dan daerah makanan untuk menerusk an hidupnya. Larva ikan-ikan oseanik yang terapung begitu saja di permukaan bergantung kepada gelombang dan arus membawanya. Larva demikian biasanya jadi sasaran perburuan ikan predator. 

Ikan oseanik umumnya mempun yai telur yang lebih berat dari air laut dan tenggelam. Pada kedalaman tertentu telur tadi akan menetas yaitu kira-kira di daerah yang ban yak makanannya dan aman dari predator. Ada ju ga larva ikan oseanik yang melakukan ruaya nocturnal vertikal secara aktif mencari makanan di daerah permukaan pada waktu malam hari dan pada pagi harinya akan kembali ke bagian dalam. 

Seperti telah dikemukakan bahwa ruaya denatant ke daerah makanan dan pembesaran terdapat pula pada larva ikan tawar. Pemijahan ikan itu di sungai biasanya bertepatan dengan meningginya permukaan air pada waktu awal musim hujan. Telur dan larva ikan ditransportasikan ke bagian hilir sungai, apabila air telah turun kembali dan larva telah dapat berenang dengan aktif akan beruaya ke daerah makanan. Pinggir danau yang berumput dan tidak dalam merupakan daerah pembesaran anak-anak ikan dan daerah pembesarannya. Ikan air tawar dewasa secara aktif mengadakan ruaya ke daerah makanan setelah melakukan pemijahan kalau ikan itu tidak mati. Selama ruaya ada ikan yang aktif mengambil makanan dan dapat pula yang tidak. 

Ikan lakustrin setelah melakukan pemijahan di pinggir danau yang tidak dalam akan kembali beruaya ke bagian yang dalam. Pada ikan adfluvial setelah berpijah di sungai akan beruaya kembali ke daerah makanannya di danau. Sebagian dari golongan ikan addfluvial ini, ada kelompok yang memisahkan diri berpijah ke sungai yang lain, dan lama kelamaan dari kelompok ikan itu akan menjadi sub populasi, karena adanya pemutusan gen secara turun temurun. Pada ikan penghuni yang dalam, ada juga yang melakukan ruaya nokturnal periodik seperti ikan yang terdapat di laut, juga ruaya nokturnal ke daerah makanan di dasar anak sungai yang kecil dan dangkal. Pada pagi hari ikan-ikan tersebut kembali lagi ke sungai yang besar. 

Ruaya nokturnal ke daerah makanan secara reguler juga dilakukan oleh beberapa ikan laut. Hal ini disebabkan karena tempat hidup ikan tersebut pada malam hari kekurangan makanan. Ikan akan beruaya mengikuti makanannya yang mengadakan ruaya vertikal pada malam hari. Ikan mackerel secara regular mengikuti kelompok makanann ya ke atas dan ke bawah, sedangkan golongan ikan clupea melakukan ruaya ke satu daerah makanan yang baik kemudian ke tempat yang lain secara reguler.

c. Ruaya pengungsian 
Ruaya pengungsian adalah ruaya untuk menghindarkan diri dari tempat yang kondisi yang tidak baik, atau meninggalkan tempat daerah makanan beruaya ke tempat yang kondisinya buruk tetapi diperlukan untuk melengkapi daur hidupnya sebagai awal ruaya pemijahan.  

Di daerah yang bermusim empat ada ikan yang melakukan ruaya overwintering yaitu pada musim dingin pergi meninggalkan tempat daerah makanannya menuju ke daerah tempat lain selama musim dingin. Misalnya ikan Salmon yang mengadakan ruaya overwintering pada awal musim dingin pergi ke sungai yang agak dalam dimana selama musim dingin mereka itu dalam keadaan tidak aktif dan biasanya tidak makan. Demikian juga pada ikan-ikan tawar setelah menyelesaikan masa makannya di daerah makanan yang baik dengan kondisi tubuh yang baik akan beruaya overwintering. Jika sekiranya ikan itu belum siap karena kondisinya kurang baik atau gonadnya belum berkembang mereka akan tetap di daerah makanan dan tidak melakukan ruaya overwintering. Namun sebenarnya ada juga ikan yang tidak membutuhkan overwintering untuk melengkapi daur hidupnya, tetapi mereka melakukan juga ruaya overwintering karena untuk menghindari diri dari predator pada musim tersebut, atau tempat itu memang benar – benar berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. 

Di daerah tropis ikan – ikan lakustrin baik yang di danau atau yang di rawa seringkali mengadakan ruaya pengunngsian karena kondisi habitatnya buruk. Pada permulaan musim kemarau air yang masuk ke dalam danau mulai masam karena menyebabkan pembusukan daun – daun tumbuhan, rumput dan lain – lainnya sehingga air kekurangan zat asam. Ikan-ikan lakustrin tersebut akan meninggalkan danau atau rawa menuju sungai atau saluran pembuangan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi ruaya ikan. 
Ikan men gadakan ruaya pemijahan, ruaya ke daerah makanan dan pembesaran dan ruaya pengungsian tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor faktor tersebut dapat digolon gkan menjadi dua kelompok yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah factor lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung memegang peranan di dalam aktivitas ruaya ikan antara lain taksis, suhu, intensitas cahaya matahari, air hujan, penambahan limbah. Faktor dalam ialah faktor yang terdapat dalam tubuh misalnya sekresi kelenjar hormone, adanya osmoregulasi, dan lain-lainn ya yang berhubungan dengan faktor luar tadi.
Sumber : file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (89 of 112)